Sudah sejak dahulunya tugu menjadi bagian dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dimulai sejak kerajaan untuk memperingati keberhasilan seorang raja atau dibangunla tugu dalam bentuk prasasti. Tidak beda dengan zaman sekarang tuga nyaris tidak pernah dilupakan dalam setiap peringan yang berkaitan dengan perisitiwa bersejarah. Namun, tuga kemudian lapuk terkikis bersama dengan zaman, hilang karena ataupun tengeram bersama dengan arus modernsisi.

Hampir di setiap kota di Indoensia ataupun di dunia memiliki tugu yang menjadi Ikon sebuah kota. Akan tetapi, tugu itu hanya benda yang berdiri tegak di tengah kota, persimpngan jalan tanpa ada diceritakan peristiwa yang dikandung dri sebuah tugu. Tugu-tugu di kota Padang erat kaitannya dengan peristiwa pada masa perang kemerdekaan rentang tahun 1945-1949. Namun, Kota Padang tidak hanya membangun tugu yang berkaitan dengan peristiwa pada periode ini saja. Tugu pertama dibangun adalah tugu Pemuda yang dikenal dengan Jong Islamieten Bond (JSB). Tugu ini diresmikan sebelum Indonesia. Peristiwa-peristiwa sekitar perang kemerdekaan memiliki arti penting dalam perjalanan sejarah Sumatera barat sehingga dibahas satu persatu nilai sejarah dan proses sejarah tugu yang ada di Kota Padang.

Berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda, tidak salah juga kita mengali kembali sejarah tugu yang tertua di Kota padang sebagai ikon perlawanan kaum muda terhadap bentuk penintasan dan penjajahan. Tugu itu merupakan tugu Jong Islamieten Bond (JSB) atau kemudian dikenal dengan tugu pemuda. Sumatra Bond yang mewadahi pemuda Sumatra (Jong Sumatra) didirikan pada tanggal 8 Desember 1917 (setahun setelah Sumatra Sepakat didirikan tanggal 1 Januari 1917). Sumatranen Bond, asosiasi pemuda ini lahir dari suatu pemikiran bahwa intensitas (pembangunan) hanya berada di Jawa yang mana di Sumatra dan pulau-pulau lainnya terabaikan. Dengan kata lain pemikirannya sama dengan Sumatranen Bond yang berada di Belanda. Susunan pengurus Jong Sumatranen di Batavia ini adalah Tengkoe Mansoer sebagai ketua, Abdoel Moenir Nasoetion sebagai wakil ketua, Amir dan Anas sebagai sekretaris serta Marzoeki sebagai bendahara (lihat De Sumatra post, 17-01-1918).

Tugu ini diresmikan tanggal 6 Juli 1919 pada saat berlangsungnya Kongres Pertama JSB di Padang. Namun sebelumnya peletakan batu pertama dilakukan oleh Mevrouw MJJ. Ahrends Overgauw istri Tuan Ahrends seorang Asisten Residen yang merangkap sebagai Walikota Padang (Voorzitter Gemeente Padang).

Lokasi tugu ini berada dalam sebidang tanah berbentuk segitiga dengan sekeliling tanah telah diberi pagar besi. Baentuk kaki tugu ini berupa segi empat, bentuk tubuh tugu berupa segi tiga yang hampir silinder, sementara bagian atas berupa limas (piramida), bagian punvak berbentuk bola. Bentuk tugu bagian badan berukuran panjang 1,5 m lebar 1,5 m dan tinggi 3 m. Pada bagian atas tugu yang runcing ini terdapat bulatan berbentuk bola. Bentuk segi tiga tugu melambangkan tiga bagian: tradisisonal masyarakat Minangkabau, yaitu ninik mamak (pemangku adat), alim ulama (pemuka adat), cerdik pandai (kaum intelektual). Adapun bentuk bola dibagian puncak tugu ini melambangkan persatuan Sumatera yang diidamkan. Pada keempat bidang sisi tugu ini terdapat inskripsi berupa kalimat-kalimat yang berbunyi: Sisi Timur Atas : Perkoempoelan Pemoeda Soematra. Diperhentikan perdjalanannja. Dalam Rapat Besar Dikota Djakarta Karena masoek  Indonesia Moeda 9.xii.1917 – 23.iii.1930 Sisi Timur Bawah : Peringatan Rapat Besar Kesatoe Dan J.B.S (Persatuan Pemoeda Soematera). Sisi Barat : Kekallah Agama Islam Sisi Selatan : 1910 Sisi Utara : Tersiarnya Pergerakan Anak Soematera.

Pada peresmian tugu JSB ini, selain dihadiri oleh para pemuda JSB, juga ikut serta mantan Tuanku Marah Oejoeb gelar Maharja Besar (Panglima Regent Padang), H. Abdullah Ahmad (Pendiri Perguruan Adabiah Padang, 1909), Residen Ahrends dan istri, Pemuda Amir yang dikenal dengan Dr. Amir tampil berpidato mengenai peranan pemuda di masa datang.

Semangat kedaerahan sejak berlangsung Kongres Pemuda I itu, pada tahun 1928 dilebur dalam satu wadah yang disebut Perhimpunan Indonesia. Termasuk JSB dalam suatu rapat pada tanggal 23 Maret 1930  dibubarkan dan diganti dengan Indonesia Muda. Sebagai cagar budaya tugu ini sudah terdaftar sebagai objek Cagar budaya dengan Nomor Inventaris 01/BCB-TB/A/01/2007 yang beralamat di Jl. Gereja, Kelurahan Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Ukuran (luas) Situs, Bangunan Panjang 1,5m, Lebar :1,5mdan Tinggi : 3m. Sedangkan untuk luas Lahan 43 m². Pada Tahun 1998 Tugu Pemuda ini sudah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar budaya dengan Peraturah Kotamadya Padang no 03 tahun 1998 tanggal 26 Januari Tahun 1998 tentang penetapan Bangunan Cagar budaya dan kawasan Bersejarah di Kodya Padang.

Di Kota Padang bangunan-bangunan sebagai simbol sejarah bertebaran banyak disetiap kecamatan. Semua bangunan itu saat ini berada ditempat-tempat yang dulunya tempat tersebut menjadi saksi pertempuran pejuang-pejuang dalam mempertahankan kemerdekaannya yang akan direbut kembali oleh Belanda. Tidak sedikit korban nyawa, korban harta, ratap tangis dan kehilangan yang dialami untuk membela tanah tumpah darah ini. Fungsi Monumen selayaknya bukan hanya sebagai peringatan saja, Namun Tugu memberikan nilai-nilai sejarah yang mampu membangun karakter bangsa. Tugu berfungsi sebagai sarana edukasi sehingga generasi muda tidak hanya melihat Tugu sebagai penanda kota.