Gelak tawa membuncah dari setiap sudut ruangan. Suara tawa dan haru samar terdengar bersahutan. Pada sudut ruangan lainnya, satu-dua pelukan tak kuasa dilepaskan. Redup cahaya dari langit-langit ruangan menambah syahdu suasana. Alunan canda dan haru berbaur menjadi satu saat acara pisah sambut para pimpinan di lingkungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumatera Barat.

            Pelantikan kepala dan kasubbag umum di lingkungan BPK Wilayah III pada 2 Desember 2022 lalu merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang selama ini menggelantung tentang pimpinan di lingkungan Balai Pelestarian Kebudayaan. Setelah dibentuk pada 14 Juli lalu, organisasi ini akhirnya memiliki pucuk pimpinan definitif.

            Pembentukan organisasi baru di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini membawa konsekuensi logis pada perubahan tata organisasi. Selain perubahan tata kerja organisasi yang sebelumnya berbasis sektoral dan diemban oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB), perubahan mendasar juga harus dilakukan pada level pimpinan. Dari beberapa pimpinan di lingkungan BPCB dan BPNB Sumatera Barat, lima orang di antaranya memiliki amanah dan tanggung jawab baru.

            Sebagai kepala BPK Wilayah III Provinsi Sumatera Barat, amanah diemban oleh Undri, S.S., M.Si yang sebelumnya menjabat sebagai kepala BPNB Sumatera Barat. Sementara kepala subbagian umum BPK Wilayah III dijabat oleh Fauzan Amril, S.Hum., M.Hum yang sebelumnya mengemban amanah sebagai pejabat pembuat komitmen di lingkungan BPCB Sumatera Barat.

            Sementara tiga orang pimpinan lainnya mengemban amanah di wilayah penugasan berbeda. Titit Lestari, S.Si, M.P yang sebelumnya menjabat sebagai kepala subbagian tata usaha BPNB Sumatera Barat, kini diamanahi tugas sebagai kepala BPK Wilayah XIV Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Utara.

Sri Sugiharta, S.S., M.P.A yang sebelumnya menjabat sebagai kepala subbagian tata usaha BPCB Sumatera Barat diamanahi sebagai kepala BPK Wilayah XVII Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sementara Hariadi, S.S., M.A pejabat pembuat komitmen di lingkungan BPNB Sumatera Barat, juga mengemban amanah baru sebagai kepala subbagian umum BPK Wilayah IV Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.

            Pergantian pimpinan ini merupakan hal yang lumrah dalam sebuah organisasi di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Menurut Kepala BPK Wilayah III Sumatera Barat Undri, S.S., M.Si perubahan ini perlu disikapi dengan semangat baru untuk melindungi kebudayaan secara lebih optimal pada masa yang akan datang.

Seni pertunjukan

            Sebagai bentuk penghargaan, Balai Pelestarian Wilayah III Provinsi Sumatera Barat melakukan kegiatan pisah sambut dengan konsep yang berbeda. Alih-alih acara formal, kegiatan pisah sambut ini dibalut oleh tradisi pertunjukan bertajuk Ciloteh Lapau. Apa itu Ciloteh Lapau?

            Dalam bahasa Minang, lapau berarti warung yang menyediakan ragam kebutuhan hidup sehari-hari. Biasanya, lapau-lapau di Ranah Minang juga turut menyediakan kursi dan meja panjang yang terbuat dari kayu. Kursi dan meja inilah yang dimanfaatkan oleh pengunjung lapau untuk menjalin relasi sosial melalui obrolan berbagai topik. Obrolan di lapau inilah yang dikenal dengan sebutan ciloteh lapau atau obrolan di warung.

            Dari sudut pandang sejarah, lapau telah eksis di Ranah Minang sejak periode pemerintah kolonial hingga saat ini. Kehadiran lapau lebih dari sekadar transaksi ekonomi. Dari lapaulah ragam ide kreatif tentang kegiatan salingka nagari atau di sekitar desa dibahas.

            Pada periode modern, lapau juga masih tetap eksis sebagai media interaksi sosial. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, lapau tak kehilangan pamor sebagai sarana persilangan alam pikir yang bermuara pada diskusi lintas generasi. Topik yang dibahas kian beragam seperti ekonomi, budaya, politik, hingga persoalan sosial.

            Lambat laun, lapau seolah berkembang sebagai lembaga sosial nonformal di tengah-tengah masyarakat Minangkabau. Dalam lingkup pemerintahan, tak jarang ide-ide kreatif muncul di lapau saat makan siang atau istirahat selepas pulang kerja. Lapau semakin berkembang sebagai sarana perdebatan dan diskusi pada ranah intelektual.

            Tradisi inilah yang coba ditangkap dan ditampilkan oleh pegawai BPK Wilayah III dalam bingkai seni pertunjukan. Eksistensi dan nilai penting lapau diangkat sebagai warisan kebudayaan yang dimiliki oleh Sumatera Barat.

            Menariknya, seni pertunjukan bertajuk Ciloteh Lapau ini ditampilkan oleh para senior di lingkungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III. Pemilik dan pengunjung lapau saling beradu argumen dalam bingkai tema pisah sambut pimpinan di lingkungan BPK Wilayah III.  Bahkan, pimpinan di lingkungan Balai Pelestarian Kebudayaan juga turut andil dalam penampilan seni pertunjukan ini. Pembacaan puisi yang ekspresif pun juga dilakukan oleh pegawai senior. Hal ini menegaskan bahwa di lapau, relasi kuasa horizontal berjalan efektif tanpa mengenal status sosial.

            Melalui seni pertunjukan, para pegawai di lingkungan Balai Pelestarian Kebudayaan mencoba menyampaikan suatu pesan tentang pentingnya nilai-nilai kekeluargaan di balik profesionalitas pekerjaan. Pesan ini senada dengan amanat yang disampaikan oleh Kepala BPK Wilayah III Provinsi Sumatera Barat Undri, S.S., M.Si agar nilai kekeluargaan digaungkan sebagai prinsip kerja dalam lingkungan organisasi tanpa mengesampingkan profesionalitas.

Pesan dan kesan

            Di tengah pertunjukan, masing-masing pimpinan memberikan kesan dan pesan yang disampaikan kepada seluruh pegawai di lingkungan BPK Wilayah III. Pada momen inilah rasa haru mencuat di tengah renyah tawa yang menghiasi seisi ruangan akibat aksi para aktor saat pertunjukan Ciloteh Lapau berlangsung.

Kepala BPCB Sumatera Barat sebelumnya, Drs. Teguh Hidayat M.Hum, di tengah pertunjukan Ciloteh Lapau ini mengenang perjalanannya selama bertugas sebagai abdi negara di Sumatera Barat. Menurutnya, perjalanan selama tiga dekade adalah pengalaman berharga yang memberi banyak perubahan dalam kehidupan. Meski dilahirkan di Tegal, Jawa Tengah, daerah Sumatera Barat telah melekat di hati sebagai bagian dari perjalanan hidup.

“Bahkan saya suka bingung kalau ditanya kampung. Meski saya lahir di Jawa Tengah, Sumatera Barat telah mengisi separuh hidup saya,” kata Drs. Teguh Hidayat M.Hum, dalam sambutannya.

Rasa haru akhirnya meluap. Didampingi para aktor Ciloteh Lapau, Drs. Teguh Hidayat M.Hum tak kuasa menahan kesedihan saat mengenang pengalaman dan perjuangan dalam menjaga warisan budaya di Sumatera Barat. Di tengah rasa haru ini, suatu pesan penting disampaikan oleh Drs. Teguh Hidayat M.Hum kepada para pegawai agar menjaga keseimbangan dalam tata kelola organisasi.

“Saya sering mengatakan tidaklah mungkin sebuah institusi yang di dalamnya ada sumber daya manusia yang tidak sehat akan menghasilkan produk yang baik,” kata Drs. Teguh Hidayat M.Hum.

Selain Drs. Teguh Hidayat M.Hum, pesan dan kesan juga disampaikan oleh Titit Lestari, S.Si, M.P yang sebelumnya menjabat sebagai kepala subbagian tata usaha BPNB Sumatera Barat. Alumni Universitas Gadjah Mada ini mengatakan bahwa Sumatera Barat merupakan tempat menerpa diri yang berkesan dalam bidang kebudayaan. Meski akan bertugas di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Titit Lestari, S.Si, M.P berharap suatu saat dapat kembali ke Sumatera Barat.

Usai memberi sambutan, Titit Lestari, S.Si, M.P tak kuasa menahan kesedihan. Luapan kesedihan itu tergambar dalam dekap pelukan bersama rekan-rekan lainnya di lingkungan BPNB Sumatera Barat. Pelukan ini menggambarkan hangatnya kekeluargaan yang selama ini dibangun di lingkungan BPNB Sumatera Barat.

Sementara Hariadi, S.S., M.A yang sebelumnya menjabat sebagai pejabat pembuat komitmen di lingkungan BPNB Sumatera Barat, menilai jabatan baru sebagai kepala subbagian umum BPK Wilayah IV Provinsi Riau dan Kepulauan Riau sebagai amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Meski tidak mendambakan jabatan, kepercayaan ini dinilai sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dan negara.

Pesan lainnya juga disampaikan oleh Sri Sugiharta, S.S., M.P.A yang diamanahi sebagai kepala BPK Wilayah XVII Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Mantan kepala subbagian tata usaha BPCB Sumatera Barat ini dalam sambutannya mengimbau para pegawai untuk selalu bersiap diri dalam melaksanakan berbagai tugas di seluruh wilayah NKRI. Sebagai abdi negara, tidak ada perbedaan wilayah tugas yang satu dengan wilayah tugas lainnya. Setiap pekerjaan di wilayah kerja manapun harus dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada negara pada bidang kebudayaan.

Momentum

            Kepala Subbagian Umum BPK Wilayah III Fauzan Amril, S.Hum., M.Hum mengatakan, kegiatan pisah sambut ini adalah momentum untuk menjalin silaturahmi antara pegawai, pimpinan, dan pensiunan yang selama ini telah berjuang melestarikan warisan budaya di Sumatera Barat. Diharapkan, silaturahmi akan terus berlanjut dengan pimpinan yang bertugas di wilayah lainnya.

            Kepala BPK Wilayah III Provinsi Sumatera Barat Undri, S.S., M.Si menambahkan, silaturahmi ini perlu dipertahankan dalam kerja-kerja kebudayaan di masa yang akan datang. Pasalnya, kolaborasi menjadi kunci penting dalam upaya pelestarian kebudayaan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pegiat budaya.

            Pada akhir kegiatan, para pegawai dan tamu undangan memberikan selamat kepada pimpinan yang bertugas di wilayah masing-masing. Kegiatan pelestarian kebudayaan diharapkan dapat terus menggeliat di bawah komando masing-masing pimpinan meski bertugas di wilayah yang berbeda. Pesan dalam pertunjukan Ciloteh Lapau pun diharapkan juga terus hidup berurat akar dalam tata kelola organisasi, yakni melakukan pekerjaan dengan semangat kekeluargaan dalam ruang diskusi yang tiada henti.