You are currently viewing Perahu Batu di Desa Arui Bab (natar Sori)
Natar Sori

Perahu Batu di Desa Arui Bab (natar Sori)

 

Desa Arui Bab berada kurang lebih 10 km ke arah utara Sangliat Dol. Desa ini juga terletak di pesisir timur Pulau Yamdena dan langsung menghadap Laut Arafura di sebelah timur. Untuk mencapai Desa Arui Bab dibutuhkan waktu kurang lebih 90 menit dari Saumlaki ke Arui Bab dengan transportasi darat. Untuk wilayah Yamdena, desa ini termasuk salah satu yang paling besar dengan penduduk mencapai lebih dari 3,000 jiwa.  Desa Arui Bab merupakan salah satu pusat penyebaran agama Katolik di Tanimbar pada awal abad ke-20.

Bangunan perahu batu (natar) yang terdapat di desa Arui Bab ini sering disebut dengan sebutan natar Sori. Dalam lingkungan masyarakat sekitar, Natar Sori disebut juga dengan Wein Tenin yang artinya tempat untuk bermusyawarah. Kondisinya kurang terawat dan dipenuhi rumput tinggi dan tanaman liar. Pada bagian pintu masuk ada tangga batu yang sudah agak rusak dan perlu hati-hati untuk menaikinya.

Pamaru Natar Sori

Serupa dengan bangunan natar lainnya, di Desa Arui Bab juga dibuat dengan teknik yang sama. Tanah yang ditinggikan kemudian diberi pembatas yang terbuat dari susunan lempengan batu balok dan batu gamping terumbu.  Berdasarkan dari data inventarisasi panjang struktur perahu batu yang terdapat di Arui Bab ini adalah 17,80 m dengan lebar 10,30 m dan tinggi 1,8 m kecuali bagian haluan yang tinggi maksimalnya mencapai 2,1 m.

Elemen yang paling khas dari perahu batu ini kiranya diwakili oleh keberadaan pamaru atau papan haluan. Elemen ini terletak di bagian haluan dan dipandang sebagai bagian yang paling penting dalam struktur seperti ini. Jika pamaru di Sangliat Dol sudah hilang maka papan haluan yang terdapat di Arui Bab masih sangat terawat. Papan haluan ini dipenuhi dengan ragam hias yang begitu kaya dengan motif spiral. Terdapat beberapa motif fauna yang juga diterakan di pamaru ini. Demikian halnya pada lempeng-lempeng batu yang menjadi pembatas bagian ‘lambung’ perahu batu ini juga diterakan aneka motif mulai dari antromorfik hingga motif hias fauna. Selain akses yang terbatas, aneka ritual juga masih harus dilalui oleh tim sebelum meninjau situs ini yaitu tradisi buang sopi (minum arak bersama-sama).