Rumah Adat Gajah Baliku

0
5507

Rumah Adat Gajah Baliku dibangun setelah berdirinya Bubungan Tinggi. Terletak disebelah timur Rumah Bubungan Tinggi yang berjarak sekitar 30 meter. Rumah ini diperuntukan untuk anak dari H. Arif (pendiri bangunan Rumah Bubungan Tinggi). Secara pasti pendirian Rumah Gajah Baliku belum dapat diketahui, namun apabila diasumsikan pada masa dahulu dalam keyakinan Islam anak baligh mulai siap menikah, diperkirakan rumah ini dbangun kurang lebih 20 tahun sesudah rumah Bubungan Tinggi. Rumah ini pernah dipergunakan oleh para pejuang kemerdekaan atau TKR sebagai markas dan tempat latihan. Tidak lama setelah masa perjuangan berakhir, rumah ini mulai ditinggalkan penghuninya.

Deskripsi Bangunan

113

Terdapat perbedaan antara Rumah Bubungan Tinggi dengan Rumah Adat Gajah Baliku yang terletak di bagian bubungan dan bagian atap ruang tamu. Bentuk bubungan pada rumah Gajah Baliku tidak terlalu tinggi dengan tingakat kemiringan sekitar 60 º. Sedangkan atap Gajah Baliku di bagian pelataran berbentuk atap perisai. Secara arsitektur bangunan ini sama dengan bangunan rumah Bubungan Tinggi pada umumnya.

Rumah Adat Gajah Baliku memiliki panjang 34,28 m dan lebar 10,67 m. Secara morfologi bangunan terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kaki, bagian badan dan bagian atap. Bagian kaki merupakan tiang utama penyokong struktur bangunan terdiri dari tiang utama dan tiang penyangga. Sedangkan bagian badan terdiri dari beberapa ruang. Ruang yang ada di bagian bubungan tinggi secara umum dapat dikelompokan atas 4 (empat) kelompok ruang (Seman, 1982). Berurutan dari posisi depan adalah :

  1. Kelompok ruang pelataran

Kelompok ruang pelataran memiliki 3 ruang yaitu pelataran muka (surambi muka), pelataran tengah (surambi sambutan) dan pelataran dalam (lapangan pamedangan)(Muchammad dan Mentayani, 2007).

  1. Kelompok ruang tinggal atau hunian

Kelompok ruang tinggal atau hunian yang merupakan area yang sangat privat terbagi atas 3 runag, yaitu ruang keluarga (paledangan), ruang tidur orang tua (anjung dan anjung jurai) serta ruang tidur anak (karawat dan kayil).

  1. Kelompok ruang pelayanan

Kelompok ruang palayanan terbagi menjadi 4 ruang yaitu, ruang saji dan ruang makan ( penampik dalam atau panampik padu), ruang dapur (padapuran atau padu), ruang penyimpanan (jorong dan ruang teras belakang) (palataran belakang). Dari keempat ruangan tersebut dipisahkan oleh dinding atau yang disebut dengan tawing. Terdapat 3 dinding pemisah dalam ruang yaitu dinding muka (tawing hadapan), dinding pembatas dalam (tawing halat) dan dinding pembatas dapur (tawing pahalatan padu) (Muchammad dan Mentayani, 2007).

Atap pada Rumah Adat Gajah Baliku terbuat dari sirap kayu ulin berukuran panjang 50 cm dan lebar 8 cm. Atap adalah bagian yang khas dari bangunan tradisional ini, atapnya menjulang tinggi dengan kemiringan 45 º. Atap dalam bahasa banjar disebut dengan hatap. Secara umum atap pada bangunan ini dibedakan berdasarkan bagian-bagiannya dan juga perletaknnya, sedangkan bagian atap lainnya relatif landai dengan kemiringan 15 º. Komposisi ini dimaksudkan untuk mempercepat jatuhnya air dari bagian tengah bangunan.

Berdasarkan organisasi ruang yang ada kelompok ruang tersusun membentuk suatu pola memanjang linear dari bagian depan hingga ke belakang bangunan. Pola ini juga menggambarkan semakin ke tengah maka akan semakin bersifat pribadi.