Inventarisasi Situs Gereja Paroki HKY Palasari

0
1420

Gereja HKY Terletak di Jalan Gereja No.2 di Desa Palasari. Palasari merupakan sebuah desa yang termasuk di wilayah Dusun Ekasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Situs Gereja Paroki HKY Palasari telah di inventarisasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Bali pada tahun 2021 dengan nomor inventarisasi 3/14-01/STS/20 dengan titik koordinat 50L0229002 UTM 9086628 dan ketinggian 100 mdpl. Adapun batas-batas situs pada sisi utara berbatasan dengan rumah warga, sisi timur dan selatan berbatasan dengan jalan, dan sisi barat berbatasan dengan lapangan sepak bola. Luas keseluruhan situs Gereja Paroki HKY Palasari 3 hektar.

Gereja Hati Kudus Yesus (HKY) di Palasari kabupaten Jembarana merupakan salah satu peninggalan kolonial yang masih dapat dilihat sampai sekarang. Arsitektur bangunan gereja ini seperti pada umumnya bangunan kolonial lain sekitar abad XIX-XX, memiliki arsitektur yang berkesan grandeur (megah), dan memiliki ornament yang bergaya Eropa.

Sejarah singkat terkait pembangunan gereja HKY di Desa Palesari, Jembrana. Gereja HKY merupakan salah satu gereja tertua di Bali, khususnya Bali bagian barat. Tahun 1936 Pada mulanya Paroki “Hati Kudus Yesus” dirintis oleh Pastor Simon Buis, SDV, beliau adalah seorang warga keturunan belanda. Kemudian pada tahun 1940 beliau dan 24 umat yang berasal dari daerah Tuka, Denpasar, dan Beringkit diberi sebidang tanah oleh Raja Jembrana untuk bermukim dan mengajarkan ajaran Katholik. Dari jumlah umat 24 tersebut yang bertahan hanya 18 orang sisanya kembali ke Denpasar. Pada tahun 1947 posisi gereja yang pertama dipindahkan ke arah utara sekitar 1 km tepat di lokasi gereja sekarang berdiri. Pembangunan gereja secara permanen dimulai pada tahun 1955 yang dirancang oleh arsitek berkebangsaan Belanda bernama Bruger Ign. AMD Vrieze, SVD dan diresmikan oleh Mgr. Albers, O.carm, seorang uskup dari Malang pada tahun 1958. Beberapa kali renovasi telah dilakukan terhadap bangunan gereja, renovasi yang paling besar dilakukan pada tahun 1976 akhir dibagian depan gereja karena roboh akibat gempa Seririt. Kemudian pada tahun 1992 mulai ada penambahan ornament khas Bali yang digagas oleh seorang dosen Unud Denpasar bernama Bapak Ida Bagus Tegur secara total selesai pada 15 September 1994. Di komplek gereja juga terdapat pastoran, dibagian timur gereja terdapat goa maria dan makam.

Bangunan Cagar Budaya/Diduga Cagar Budaya

Gereja Hati kudus Yesus

Secara arsitektur Gereja Hati Kudus Yesus terlihat sangat megah dan menjulang tinggi, temboknya yang tebal dan berplester serta dilapisi dengan cat warna putih terdapat beberapa puncak yang berbentuk kerucut. Bangunan ini memiliki ukuran panjang 31 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 33 meter. Arsitektur gereja ini merupakan percampuran antara arsitektur Belanda dengan tradisional. Arsitektur Belanda atau Eropa dalam bangunan ini juga sering disebut dengan arsitektur gaya Gothic atau Vertikalisme, untuk bangunan tradisionalnya terlihat jelas pada bagian-bagian tertentu yang mengadopsi bangunan khas Bali, terutama bangunan keagamaan Hindu. Pada bangunan arsitektur tradisional Bali menggunakan filosofi konsepsi tradisional sebagai dasar untuk perencanaan. Arsitektur tradisional Bali banyak dipakai pada bangunan suci sebagai tempat untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa dan dewa-dewa sebagai manifestasi dari Tuhan dalam berbagai peranannya. Tambahan pada arsitektur tradisional Bali terlihat juga pada pembagian zona dalam areal gereja menjadi tiga bagian. halaman depan adalah zona depan nista mandala (jaba sisi), halaman tengah adalah zona tengah madya mandala (jaba tengah) dan gereja sendiri adalah zona utama utama mandala (jeroan). Ketika memasuki zona depan, kita masuk melalui sebuah candi bentar dengan gaya Bali berpintu teralis besi, masing-masing dengan enam buah anak tangga di depannya menuju ke halaman ke dua, terdapat candi bentar dengan 20 anak tangga di depannya. Dari halaman kedua ini baru akan ditemui pintu gerbang utama bangunan gereja Hati Kudus Yesus. Zona utama dan zona tengah dibatasi dengan tembok penyengker. tembok penyengker ini digunakan sebagai pembatas antara lingkungan sekitar dengan zona depan, dan antara zona depan dengan zona tengah.

Untuk memudahkan di dalam mendeskripsikan sebuah bangunan khususnya gereja maka akan dijabarkan sesuai dengan tahapan mulai dari bagian dasar bangunan, badan bangunan, serta atap bangunan.

Bila diamati denah bagian dasar bangunan gereja Hati Kudus Yesus Palesari, Jembrana sepertinya nampak terinspirasi dari bentuk salib dengan mengedepankan orientasi gunung sebagai tempat tertinggi dan di hormati sebagai tempat berkumpulnya para leluhur. Pondasi bangunan gereja ini berbahan utama batu alam (andesit, bata, serta campuran pasir dan pamor), bagian lantai luar mengunakan keramik dan tegel sedangkan dibagian dalam gereja menggunakan keramik berwarna putih dan merah.

Bagian badan gereja berdiri kokoh menggunakan struktur rangka tiang beton bertulang memiliki ketinggian sekitar 12 Meter dari dasar bangunan berjumlah 16 buah masing-masing 8 buah dibagian kanan dan 8 buah dibagian kiri berbentuk melengkung ke atas yang sering disebut model gothic yang bermakna menuju ke arah Yang Maha Kuasa. Pada bagian bawah masing-masing struktur tiang beton tersebut terdapat hiasan atau pahatan khas Bali motif bunga dan suluran daun serta pada dalamnya terdapat panil terbuat dari kayu dengan pahatan perjalan Tuhan Yesus hingga samapai wafatnya. Dinding-dinding gereja Hati Kudus Yesus terbuat dari bahan cetakan campuran bata merah yang ditumbuk dengan kapur dan pasir serta terdapat ornament berbahan padas. Terdapat 8 buah pintu berbahan kayu, pintu utama berjumlah 3 buah menghadap ke arah selatan, pintu tama dengan posisi di tengah cukup lebar dan dua buah dibagian kanan dan kiri pintu utama, masing-masing bagian atas pintu utama terdapat ornament pahatan burung pelican, patra bunbunan, dan patra sambung. Sedangkan dua buah pintu dibagian tengah masing-masing di kanan dan kiri juga sama memiliki ornament patra bunbunan. Tiga buah pintu paling belakang masing-masing menghadap ke arah timur dan barat bagian atasnya hanya terdapat pentilasi biasa. Terdapat jendela masing-masing berjumlah 8 buah di kiri dan 8 buah di kanan serta 14 buah jendelan di bagian belakang yang berukuran lebih kecil. Jendela dengan bentuk kusen yang lengkung bagian atasnya dengan kaca jendela berwarna warni, pada bagian pinggir kosen jendela dibatasi dengan padas yang mengikuti bentuk lengkungan dari jendela dengan ketebalan mencapai 40 cm.

Bagian atap bangunan gereja memiliki ketinggian 33 meter dari dasar lantai gereja berbentuk memanjang dari depan ke belakang mengkrucut ke atas, atapnya menggunakan genteng plentong Pejaten. Bagian depan atap terdapat bangunan seperti balai patok beratap genteng yang difungsikan sebagai tempat lonceng. Sedangkan untuk ruangan induk terdapat tiga buah Menara yang berbentuk meru yang bertumpang, dengan kerangka atap menggunakan bahan kayu. Satu buah meru dengan posisi di tengah-tengah bertumpang tiga dan dua buah meru masing-masing disisi kiri dan kanan bertumpang dua. Dari ketiga buah meru yang terdapat di gereja ini secara khusus atap bertumpang yang tertinggi menggunakan bahan ijuk yang melambangkan sifat tri tunggal maha kudus yang artinya satu Tuhan dengan tiga kepribadian. Pada ujung atap terdapat 7 buah salib, diantaranya 3 buah salib dipasang di masing-masing meru, 1 buah salib di pasang di atap ruangan sakristi, dan 3 buah salib dipasang di atas bangunan paling depan. Secara keseluruhan 7 buah salib itu melambangkan tujuh sakramen, yakni permandian, pengakuan, komuni, krisma, perkawinan, imanat, dan pengurapan minyak suci. Plafon bangunan gereja ini menggunakan bahan kayu bingkrai yang diambil dari daerah sekitar dengan bentuk lambersering.

Dalam ruangan bangunan Gereja Hati Kudus Yesus mulai dari pertama masuk gereja akan dijumpai ruangan penerima di atasnya laintai dua dulu difungsikan sebagai tempat paduan suara. Setelah melewati ruangan ini lantas menuju ruangan umat atau ruangan untuk sembahyang. Pada podium utama diposisi tengah-tengah terdapat ruangan altar sebagai tempat kurban, dibagian belakang altar terdapat tabernakel (tempat penyimpanan sakramen roh kudus) berlatar belakang patung Yesus Kristus disalib menempel pada dinding bagian atasnya. Sebelah kanan dan kiri altar terdapat tempat sembahyang para biarawan dan biarawati atau ruanagn kapela. Selain itu terdapat pula ruangan pengampunan dosa. Sedangkan ruangan paling belakang merupakan ruangan sakristis (persiapan). Dari segi penerangan sudah sangat cukup dilihat dari banyaknya pentilasi dibagian kanan dan kiri bangunan gereja serta adanya penambahan lampu hias gantung yang berjumblah 6 buah. Hingga saat ini gereja ini masih difungsikan sebagai tempat ibadah serta masih berdiri kokoh dan megah.

Struktur Cagar Budaya/Diduga Cagar Budaya

Goa maria

Goa Maria berlokasi di sebelah timur sekitar 50 meter dari Gereja HKY Palasari, posisinya berada di timur jalan raya menghadap ke arah barat. Pintu masuk berupa gapura dan dihiasi dengan patung peri kecil serta patung pastor Simon Buis SVD. Untuk menuju Goa Maria harus melewati beberapa anak tangga. Goa Maria ini pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh masyarakat setempat pada saat masyarakat ingin membangun rumah pastoran sekitar tahun 1983. Secara keseluruhan struktur goa maria menghadap ke arah barat memiliki tinggi mencapai 7 meter, panjang 6 meter, dan lebar 5 meter. Pada bagian depan bibir goa terdapat sebuah patung Bunda Maria mengarah ke barat dengan tinggi patung mencapai 3 meter. Secara keseluruhan goa ini ditumbuhi tanaman seperti bingin dan lain-lainnya. Di areal depan goa terdapat kolam ikan dengan penataan tanaman yang indah. Halaman depan goa cukup luas difungsikan sebagai tempat beribadah. Bagi umat Hindu disekitar Desa Palasari juga menyebut goa maria sebagai pelinggih Dewi Kaniaka Maria Palasari. Menurut informasi goa maria memiliki konsep antara seorang ibu dan anak.